Minggu, 05 Maret 2023

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2. 2. PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL


 PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL

Oleh : Ratri Swastika Wijayanti, M.Pd

Calon Guru Penggerak Angkatan 7 Kabupaten Bantul


        Bapak dan Ibu Guru,  meningkatnya jumlah kasus perundungan, tawuran, penyalahgunaan obat-obatan terlarang, pernikahan usia dini dan kehamilan di bawah usia, murid yang memiliki motivasi belajar rendah, hingga putus sekolah, murid dengan gangguan emosional seperti stress, kecemasan, depresi, bahkan kasus bunuh diri pada usia remaja, menunjukkan masih lemahnya perkembangan sosial dan emosional bagi para murid kita. Maka bagaimana sebagai seorang guru dapat menumbuhkan Kompetensi sosial dan emosional murid? Mari kita pelajari pembelajaran sosial emosional dan keterkaitannya dengan materi sebelumnya.

Apa kesimpulan tentang perubahan pengetahuan, keterampilan, sikap sebagai pemimpin pembelajaran setelah mempelajari pembelajaran sosial dan emosional?

        Kesadaran akan proses pendidikan yang dapat menuntun tumbuh kembang murid secara holistik sudah menjadi perhatian pendidik sejak lama. Kesadaran ini berawal dari teori Kecerdasan Emosi Daniel Goleman, dikembangkan CASEL (Colaborative for Academic, Social and Emotional Learning) pada tahun 1995 (www.casel.org) sebagai konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE). Kerangka Kompetensi sosial dan emosional CASEL menggunakan pendekatan yang sistematis yang menekankan pada pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang tepat serta terkoodinasi untuk  meningkatkan pembelajaran akademik, sosial dan emosional semua murid.

    Pembelajaran sosial dan emosional atau PSE adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.

    Adapun tujuannya adalah memberikan pemahaman Penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri) menetapkan dan mencapai tujuan positif atau (pengelolaan diri), merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial), membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan berelasi) dan membuat keputusan yang bertanggung jawab (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab).

   Pendekatan pembelajaran sosial dan emosional melalui kemitraan/kerjasama sekolah-keluarga-komunitas untuk membentuk lingkungan belajar dan pengalaman yang bercirikan hubungan/relasi yang saling mempercayai dan berkolaborasi, kurikulum dan instruksi belajar yang jelas bermakna, dan evaluasi secara berkala.


Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE)
  1. Kesadaran diri, yaitu kemampuan untuk memahami perasaan, emosi, dan nilainilai diri sendiri, dan bagaimana pengaruhnya pada perilaku diri dalam berbagai situasi dan konteks kehidupan.
  2. Manajemen diri, yaitu Kemampuan untuk mengelola emosi, pikiran, dan perilaku diri secara efektif dalam berbagai situasi dan untuk mencapai tujuan dan aspirasi.
  3. Kesadaran sosial, Kemampuan untuk memahami sudut pandang dan dapat berempati dengan orang lain termasuk mereka yang berasal dari latar belakang, budaya, dan konteks yang berbedabeda. 
  4. Keterampilan berelasi, Kemampuan untuk membangun dan mempertahankan hubungan-hubungan yang sehat dan suportif. 
  5. Pengambilan Keputusan yang Bertanggung Jawab, Kemampuan untuk mengambil pilihan-pilihan membangun yang berdasar atas kepedulian, kapasitas dalam mempertimbangkan standar-standar etis dan rasa aman, dan untuk mengevaluasi manfaat dan konsekuensi dari bermacam-macam tindakan dan perilaku untuk kesejahteraan psikologis (well-being) diri sendiri, masyarakat, dan kelompok.
      5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional tersebut bisa didasari dengan kesadaran penuh (mindfulness). Kesadaran penuh, yaitu kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu (tanpa menghakimi) dan kebaikan. Praktik kesadaran penuh (mindfulness) bukan sebagai solusi pemecahan masalah, melainkan praktik yang membantu dalam menyikapi, memproses, dan merespon permasalahan yang dihadapi untuk fokus pada situasi saat ini - bukan pada kekhawatiran akan masa yang akan datang ataupun penyesalan akan masa yang telah berlalu. Praktik paling mendasar dan sederhana adalah melatih dan menyadari napas. Salah satu teknik melatih napas adalah Teknik STOP. Teknik ini dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, dan tanpa membutuhkan peralatan.

Contoh teknik lain

Implementasi pembelajaran sosial dan emosional di kelas dan sekolah:



     Dari semua itu maka dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus, dan eksplisit, dapat mendukung terwujudnya well-being ekosistem sekolah. 

Apa kaitan pembelajaran sosial dan emosional yang telah anda pelajari dengan modul-modul sebelumnya?

  1. Melalui pembelajaran sosial emosional guru dapat menciptakan Well-being dalam ekosistem pendidikan di sekolah sehingga tercipta kondisi nyaman, sehat, dan bahagia bagi murid. Hal ini sejalan dengan pemikiran Ki Hajar Dewantara yakni menuntun kodrat anak agar dapat mencapai kebahagiaan dan keselamatan yang setinggi-tingginya sehingga anak menemukan kemerdekaan dalam proses belajarnya.
  2. Guru penggerak memiliki nilai-nilai berpihak pada murid yaitu reflektif, inovatif, kolaboratif, dan mandiri. Untuk dapat mewujudkan pembelajaran sosial emosional melalui perannya yaitu mewujudkan kepemimpinan pada murid melalui nilai dan perannya tersebut. Guru dapat menciptakan well-being dalam ekosistem pendidikan di sekolah sehingga tercipta kondisi nyaman sehat dan bahagia bagi murid.
  3. Melalui pembelajaran sosial emosional yang mengintegrasikan kelima komponen sosial emosional, guru dapat mewujudkan visi yang diharapkan yaitu dapat membentuk karakter murid yang beriman, merdeka berekspresi, bahagia, kreatif, mandiri, dan menjadi pembelajar sejati sehingga terwujud profil belajar Pancasila.
  4. Melalui pembelajaran sosial emosional yang mengintegrasikan kelima komponen sosial emosional guru dapat mengenali dan memahami emosi masing-masing yang sedang dirasakan sehingga mampu mengontrol diri dan dapat menerapkan disiplin positif secara baik sesuai dengan kesadaran diri atau self awareness.
  5. Melalui pembelajaran sosial emosional guru dapat melakukan pembelajaran dengan menggunakan teknik identifikasi perasaan, identifikasi emosi, menuliskan ucapan terima kasih, bermain peran, dan lain-lain. Sehingga guru mampu menerapkan pembelajaran diferensiasi di kelas sesuai dengan kebutuhan belajar murid guna mewujudkan merdeka belajar.

Kesimpulan

  1. Sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa pembelajaran sosial emosional tidak penting dilakukan dalam menciptakan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah dapat meningkatkan kompetensi akademik dan kesejahteraan psikologis sehingga saya jarang mengimplementasikan pembelajaran sosial dan emosional di kelas saya. Setelah mempelajari modul ini, ternyata sebenarnya saya sudah melakukan 5 kompetensi sosial dan emosional di pembelajaran saya, hanya saya tidak sadar atau tidak tahu kalau yang saya lakukan adalah kegiatan pembelajaran sosial dan emosional.
  2. Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being),  3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah:

  • Pentingnya Pembelajaran Sosial dan Emosional untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman agar seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being) secara optimal.
  • Cara penerapan konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional berdasarkan kerangka kerja CASEL (Colaborative of Academic, Social and Emotional Learning) yang bertujuan untuk mengembangkan 5 (lima) Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE), yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab.
  • Mengimplementasikan Pembelajaran Sosial dan Emosional berbasis kesadaran penuh (mindfulness) melalui pengajaran eksplisit, integrasi dalam praktek mengajar, dan kurikulum akademik, penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah, dan penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah.

3. Berkaitan dengan no 2, perubahan yang akan saya terapkan di  kelas dan sekolah:

    Bagi murid-murid :

  • melibatkan murid dalam membuat keyakinan kelas atau peraturan sekolah untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan nyaman
  • memberikan kesempatan kepada murid untuk merefleksikan proses pembelajaran yang sudah diikuti (misalnya apa yang disukai, mudah, menantang, ingin dipelajari lebih lanjut sebelum melanjutkan pembelajaran berikutnya)
  • menerapkan kesadaran penuh (mindfulness) dalam pembelajaran di kelas untuk mewujudkan kesejahteraan psikologis (well-being)

    Bagi teman sejawat:

  • Memberikan kesempatan pendidik dan tenaga kependidikan secara regular untuk mengembangkan kompetensi sosial, emosional dan budaya mereka sendiri, berkolaborasi, membangun hubungan saling percaya dan memelihara komunitas yang erat.
  • Memodelkan (menjadi teladan) dalam menerapkan kompetensi sosial, emosional dalam peran dan tugas, menciptakan budaya mengapresiasi dan menunjukkan kepedulian.
  • Merefleksikan kompetensi sosial emosional pribadi dan mengembangkan kapasitas untuk mengimplementasikan  kompetensi sosial emosional dengan cara membiasakan merefleksikan kompetensi sosial dan emosional pribadi, berkolaborasi di tempat kerja, mengembangkan pola pikir bertumbuh, meluangkan waktu untuk melakukan self-cara (perawatan diri) dan mengagendakan sesi berbagi praktik baik.
  • Menciptakan komunitas pembelajaran professional atau pendampingan sejawat bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk berkolaborasi tentang cara mengasah stategi untuk mempromosikan KSE di seluruh sekolah dengan cara membuat kesepakatan bersama sama, membuat system mentoring rekan sejawat, dan mengintegrasikan kompetensi sosial dan emosional dalam pelaksanaan rapat guru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

Oleh Ratri Swastika Wijayanti, M.Pd Calon Guru Penggerak Angkatan 7 Kabupaten Bantul     Di dalam Koneksi Antar Materi Modul 2.3 ini k...