Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara
Oleh : Ratri Swastika Wijayanti
SD 1 Trirenggo
Calon Guru Penggerak Angkatan 7
Kabupaten Bantul
Salam dan Bahagia.
Di dalam jurnal refleksi dwimingguan
ini saya ingin menyampaikan bahwa materi
modul 1.1 tentang Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara, sangatlah
terkait dengan peran saya sebagai calon guru pengerak. Keterkaitan itu adalah
calon guru penggerak dapat memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar Pendidikan Ki
Hajar Dewantara (KHD). Calon guru penggerak juga memiliki keterampilan
mengelola pembelajaran yang berpihak pada murid pada konsteks lokal kelas dan
sekolah agar terwujudnya sekolah sebagai pusat pengembangan karakter. Selain
itu keterkaitan yang ketiga adalah calon guru pengerak mampu memiliki sikap reflektif-kritis
dalam menerapkan pembelajaran yang merefleksikan dasar dasar pemikiran KHD dalam
menuntun murid mencapai kekuatan kodratnya.
Dalam
filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara ada satu pemikiran beliau yang sangat bertolak
belakang dengan pemikiran saya selama ini. Yaitu tentang pendidikan itu hanya suatu
“tuntunan” di dalam hidup tumbuhnya anak-anak kita. Hidup tumbuhnya anak itu
terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Anak-anak itu
sebagai makhluk, manusia dan benda hidup, sehingga hidup dan tumbuh menurut
kodratnya sendiri. Kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu tiada lain
adalah segala kekuatan yang ada dalam hidup batin dan hidup lahir dari
anak-anak itu karena kekuasaan kodrat.
Selama
ini saya menganggap bahwa peran pendidikan untuk murid sangatlah penting. Karena
saya menganggap murid bisa kita olah sedemikian rupa sesuai keinginan kita. Jika
seorang pendidik bisa mengolah murid itu dengan baik maka murid itu akan tumbuh
dengan baik pula, tetapi jika seorang pendidik gagal dalam memberi pendidikan,
maka masa depan murid akan hancur. Tanpa memperhatikan kodrat anak yang sebenarnya
setiap anak berbeda, tetapi jika pendidik itu pandai dalam mendidik anak, maka pasti
anak itu akan berhasil menjadi manusia. Ternyata pemikiran saya selama ini
salah besar. Pendidik tidak mempunyai hak mengubah atau mengganti kodrat mereka,
tetapi seorang pendidik justru harus bisa menuntun kodrat yang sudah anak
miliki untuk lebih berkembang agar mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan
yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota
masyarakat.
Dalam
filosofi Pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara, ada beberapa konsep penting
yang saya pelajari sehingga bisa saya bawa dalam kehidupan saya sebagai seorang
pendidik maupun sebagai seorang calon guru penggerak. Yang pertama adalah
tentang asas Pendidikan. Pendidikan dan
pengajaran adalah sesuatu yang berbeda. Pengajaran adalah bagian dari Pendidikan.
Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk
kecakapan hidup secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan memberi tuntunan
terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak. Yang kedua tujuan Pendidikan
menurut KHD adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka
dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya bagi sebagai
manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu pendidik hanya dapat
menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar dapat
memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak.
Yang ketiga dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat
zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak
berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”. Maka seorang
pendidik harus mampu bisa mengikuti perkembangan zaman tanpa menghilangkan
kodrat alam sang anak. Pendidikan tidak statis, tetapi harus terus berubah
menjawab tuntutan zaman. Yang keempat adalah
budi pekerti. Budi pekerti dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta
(kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (Psikomotor). Budi pekerti
merupakan keselarasan (keseimbangan) hidup antara cipta, rasa, karsa dan karya.
Keselarasan hidup dapat dilatih sehingga anak memiliki kesadaran diri untuk
menjadi dirinya (kemerdekaan diri) dan kemerdekaan orang lain. Yang kelima
adalah semboyan KHD yang sangat terkenal Ing ngarso sung tuladha, ing madya
mangun karso dan tut wuri handayani yang artinya di depan memberi contoh, di
tengah membangun semangat dan dibelakang memberi dorongan. Yang terakhir adalah
asas perubahan Trikon yaitu Konvergen, Konsentris, dan Kontinyu.
Dari
semua hal yang saya sampaikan di atas, membuat saya ingin berubah dan mengubah pandangan/pola
pikir saya selama ini. Saat menjadi guru kelas VI yang selalu dituntut untuk
menghasilkan murid dengan nilai USBN yang tinggi dan baik, membuat saya terbawa
sampai saat ini mengajar di kelas V. Tetapi setelah mengetahui dan memahami
filosofi Pendidikan nasional yang diajarkan oleh KHD membuat saya membuka pikiran
dan mengubahnya menjadi lebih baik. Saya ingin dalam pembelajaran saya di
kelas, anak-anak bisa terfasilitasi dan selalu bisa menikmati semua pelajaran
dengan nyaman dan aman. Membuat pembelajaran yang lebih menarik dengan
menggunakan metode yang bermacam-macam sehingga anak tidak bosan. Belajar sambil
bermain juga akan saya terapkan. Memanfaatkan sumber belajar dari lingkungan
sekitar juga sudah mulai diterapkan. Dan tak lupa selalu berkolaborasi dan
berkomunikasi dengan pihak pihak terkait seperti Kepala Sekolah, rekan sejawat,
orang tua murid atau bahkan dengan pihak diluar sekolah. Dan yang paling penting
selaku mengajak murid-murid untuk selalu mengungkapkan pendapatnya untuk
perbaikan pembelajaran di kelas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar