Sabtu, 05 November 2022

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.1

Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara


Sumber: Koleksi Pribadi

Oleh : Ratri Swastika Wijayanti

SD 1 Trirenggo

Calon Guru Penggerak Angkatan 7 

Kabupaten Bantul



Salam dan Bahagia.

             Di dalam jurnal refleksi dwimingguan ini saya ingin menyampaikan bahwa  materi modul 1.1 tentang Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara, sangatlah terkait dengan peran saya sebagai calon guru pengerak. Keterkaitan itu adalah calon guru penggerak dapat memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar Pendidikan Ki Hajar Dewantara (KHD). Calon guru penggerak juga memiliki keterampilan mengelola pembelajaran yang berpihak pada murid pada konsteks lokal kelas dan sekolah agar terwujudnya sekolah sebagai pusat pengembangan karakter. Selain itu keterkaitan yang ketiga adalah calon guru pengerak mampu memiliki sikap reflektif-kritis dalam menerapkan pembelajaran yang merefleksikan dasar dasar pemikiran KHD dalam menuntun murid mencapai kekuatan kodratnya.

       Dalam filosofi Pendidikan Ki Hajar Dewantara ada satu pemikiran beliau yang sangat bertolak belakang dengan pemikiran saya selama ini. Yaitu tentang pendidikan itu hanya suatu “tuntunan” di dalam hidup tumbuhnya anak-anak kita. Hidup tumbuhnya anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak kita kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, manusia dan benda hidup, sehingga hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. Kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu tiada lain adalah segala kekuatan yang ada dalam hidup batin dan hidup lahir dari anak-anak itu karena kekuasaan kodrat.

        Selama ini saya menganggap bahwa peran pendidikan untuk murid sangatlah penting. Karena saya menganggap murid bisa kita olah sedemikian rupa sesuai keinginan kita. Jika seorang pendidik bisa mengolah murid itu dengan baik maka murid itu akan tumbuh dengan baik pula, tetapi jika seorang pendidik gagal dalam memberi pendidikan, maka masa depan murid akan hancur. Tanpa memperhatikan kodrat anak yang sebenarnya setiap anak berbeda, tetapi jika pendidik itu pandai dalam mendidik anak, maka pasti anak itu akan berhasil menjadi manusia. Ternyata pemikiran saya selama ini salah besar. Pendidik tidak mempunyai hak mengubah atau mengganti kodrat mereka, tetapi seorang pendidik justru harus bisa menuntun kodrat yang sudah anak miliki untuk lebih berkembang agar mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

         Dalam filosofi Pendidikan nasional Ki Hajar Dewantara, ada beberapa konsep penting yang saya pelajari sehingga bisa saya bawa dalam kehidupan saya sebagai seorang pendidik maupun sebagai seorang calon guru penggerak. Yang pertama adalah tentang asas Pendidikan.  Pendidikan dan pengajaran adalah sesuatu yang berbeda. Pengajaran adalah bagian dari Pendidikan. Pengajaran merupakan proses Pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup secara lahir dan batin. Sedangkan Pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak. Yang kedua tujuan Pendidikan menurut KHD adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya bagi sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu pendidik hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak. Yang ketiga dasar Pendidikan anak berhubungan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam berkaitan dengan “sifat” dan “bentuk” lingkungan di mana anak berada, sedangkan kodrat zaman berkaitan dengan “isi” dan “irama”. Maka seorang pendidik harus mampu bisa mengikuti perkembangan zaman tanpa menghilangkan kodrat alam sang anak. Pendidikan tidak statis, tetapi harus terus berubah menjawab tuntutan zaman.  Yang keempat adalah budi pekerti. Budi pekerti dapat diartikan sebagai perpaduan antara Cipta (kognitif), Karsa (afektif) sehingga menciptakan Karya (Psikomotor). Budi pekerti merupakan keselarasan (keseimbangan) hidup antara cipta, rasa, karsa dan karya. Keselarasan hidup dapat dilatih sehingga anak memiliki kesadaran diri untuk menjadi dirinya (kemerdekaan diri) dan kemerdekaan orang lain. Yang kelima adalah semboyan KHD yang sangat terkenal Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karso dan tut wuri handayani yang artinya di depan memberi contoh, di tengah membangun semangat dan dibelakang memberi dorongan. Yang terakhir adalah asas perubahan Trikon yaitu Konvergen, Konsentris, dan Kontinyu.

         Dari semua hal yang saya sampaikan di atas, membuat saya ingin berubah dan mengubah pandangan/pola pikir saya selama ini. Saat menjadi guru kelas VI yang selalu dituntut untuk menghasilkan murid dengan nilai USBN yang tinggi dan baik, membuat saya terbawa sampai saat ini mengajar di kelas V.  Tetapi setelah mengetahui dan memahami filosofi Pendidikan nasional yang diajarkan oleh KHD membuat saya membuka pikiran dan mengubahnya menjadi lebih baik. Saya ingin dalam pembelajaran saya di kelas, anak-anak bisa terfasilitasi dan selalu bisa menikmati semua pelajaran dengan nyaman dan aman. Membuat pembelajaran yang lebih menarik dengan menggunakan metode yang bermacam-macam sehingga anak tidak bosan. Belajar sambil bermain juga akan saya terapkan. Memanfaatkan sumber belajar dari lingkungan sekitar juga sudah mulai diterapkan. Dan tak lupa selalu berkolaborasi dan berkomunikasi dengan pihak pihak terkait seperti Kepala Sekolah, rekan sejawat, orang tua murid atau bahkan dengan pihak diluar sekolah. Dan yang paling penting selaku mengajak murid-murid untuk selalu mengungkapkan pendapatnya untuk perbaikan pembelajaran di kelas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3 COACHING UNTUK SUPERVISI AKADEMIK

Oleh Ratri Swastika Wijayanti, M.Pd Calon Guru Penggerak Angkatan 7 Kabupaten Bantul     Di dalam Koneksi Antar Materi Modul 2.3 ini k...